E-tourism dan Pembangunan Pariwisata di NTT

Spread the love

Industri pariwisata sangat berhubungan erat dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kemunculan internet secara masif pada akhir tahun 1990-an berhasil mengubah strategi dan kegiatan operasional pengelolaan pariwisata.

Melalui internet hubungan antara pelanggan dan pemasok telah dipersingkat dan nyaris tanpa perantara yang memungkinkan pelanggan memiliki kesempatan untuk secara langsung mengakses penawaran yang diajukan oleh industri pariwisata. 

Pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi

Sejak tahun 1980-an, TIK memainkan peran penting dalam industri pariwisata baik di level operatif, struktural, maupun strategis. Penggunaan TIK menjadi sangat relevan sebagai strategi pemasaran karena secara cepat mampu memfasilitasi interaksi diantara para pemasok, perantara, dan konsumen di seluruh dunia.

Menurut laporan statistik yang diterbitkan The United Nations World Tourism Organization (UNWTO), dalam waktu dekat, negara-negara tanpa infrastruktur TIK tidak akan mampu mengimbangi laju pertumbuhan pariwisata negara-negara lain yang memiliki infrastruktur TIK yang memadai. 

Berdasarkan laporan The World Travel & Tourism Council (WTTC), industri pariwisata pada tahun 2018 berkontribusi langsung pada PDB diseluruh dunia sebesar USD 2.750,7 miliar (3,2% dari PDB), dan pada tahun 2019 diperkirakan akan naik sebesar 3,6% menjadi USD 2,849.2 miliar dengan pertumbuhan sebesar 3,6% per tahun atau sebesar USD 4,065,0 miliar (3,5% dari PDB).

Selain memberi pengaruh bagi PDB, industri pariwisata membuka 122.891.000 lapangan pekerjaan secara langsung pada tahun 2018 (3,8% dari total pekerjaan) dan ini, diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,2% pada tahun 2019 menjadi 125.595.000 lapangan pekerjaan.

Sedangkan pada tahun 2029, pariwisata akan menyumbang 154.060.000 pekerjaan secara langsung, dengan peningkatan sebesar 2,1% per tahun selama sepuluh tahun ke depan.

Di Indonesia, berdasarakan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia selama tahun 2018 telah mencapai 15,81 juta. Angka itu mengalami kenaikkan dibandingan dengan periode yang sama sepanjang tahun 2017 sebanyak 14,04 juta.

Selain itu, menurut Buku Saku Kementerian Pariwisata kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2014 telah mencapai 9% atau sebesar Rp 946,09 triliun.

Sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2014 telah mencapai Rp 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja bagi 11 juta orang.

Dengan mengacu pada statistik yang ada, kita dapat melihat bahwa industri pariwisata merupakan industri yang terus menggeliat dengan pertumbuhan yang masif. 

Pariwisata sebagai industri terbesar dan paling cepat berkembang di dunia tidak dapat dipisahkan dari TIK sebagai variabel pendukung utama.

TIK memberikan informasi tentang tempat-tempat wisata di berbagai belahan dunia bagi pengunjung sebelum bepergian dan dapat meningkatkan kepuasan wisatawan. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada kebutuhan penting untuk strategi perencanaan pariwisata dengan melibatkan TIK, khususnya dalam e-tiket, e-reservasi, pembayaran online, situs web informasi multi bahasa, dan informasi terkini mengenai situasi tempat pariwisata.

Sejumlah besar industri perjalanan dan pariwisata yang dibuat di negara-negara maju dan berkembang menunjukkan pentingnya TIK dalam proses kerja mereka. 

 E-Tourism

Pariwisata telah terhubung erat dengan kemajuan TIK selama lebih dari 30 tahun terakhir. Negara tetangga kita Malaysia, misalnya, adalah negara yang memiliki omzet miliaran dolar dalam industri pariwisata. 

Keberhasilan industri pariwisata Malaysia bukan karena Menara Kembar Petronas dan tempat-tempat wisata alam saja, tetapi karena pengembangan e-commerce dan juga meningkatnya penggunaan TIK dalam mengembangkan e-tourism.

Mereka secara serius melakukan pengembangan sistem informasi yang lengkap dan efektif untuk menanggapi kebutuhan pelancong sebelum bepergian ke Malaysia dalam hal pembelian tiket, pengadaan visa, pemesanan hotel, transportasi dan kondisi cuaca. 

Terlepas dari semua itu, sistem yang ada telah membantu para pelancong untuk berhubungan dekat dengan tempat-tempat wisata dan fasilitas-fasilitas wisata Malaysia, sehingga membuat para pelancong menjadi puas—sebagai faktor penting dalam industri pariwisata.

Negara-negara maju telah melakukan berbagai penelitian tentang pentingnya TIK dalam industri pariwisata. Perilaku pelanggan umumnya menunjukkan bahwa mereka menggunakan e-tourism, sebagai sumber informasi yang disukai atau selalu digunakan untuk mengisi liburan mereka baik melalui situs web, blog, media sosial, dan lain-lain. 

Hal ini juga berkaitan erat dengan bentuk dari situs web pariwisata sebagai pilihan untuk mendapatkan informasi dan saluran pemesanan. Semakin baik situs web, semakin tinggi pula permintaan, yang pada gilirannya dapat menarik lebih banyak wisatawan dan pendapatan.

The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) melaporkan bahwa pada tahun 2018 ada 1,4 miliar orang yang berpergian melakukan kegiatan pariwisata di seluruh dunia dengan peningkatan 200 juta orang pertahun. Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2016 ada 10 juta orang pengunjung dengan pertumbuhan 1 juta pertahun

Laporan di atas jelas menunjukkan bahwa pariwisata telah menjadi industri terbesar di dunia dan pertumbuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun secara konsisten. 

Kontribusi yang diberikan sektor pariwisata sangatlah bernilai melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, maupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja serta pengembangan usaha yang tersebar di berbagai pelosok wilayah di Indonesia.

The United Nations World Tourism Organization memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kedatangan wisatawan di seluruh dunia akan meningkat lebih dari 200%, dan ke depan, pariwisata akan menjadi bisnis yang sangat kompetitif di seluruh dunia. 

Keunggulan kompetitif terjadi karena didorong oleh sains, teknologi informasi, dan inovasi. Internet sudah menjadi sumber utama informasi mengenai tempat tujuan wisata bagi para pelancong. 

Sekitar 95% pengguna Web menggunakan Internet untuk mengumpulkan informasi terkait perjalanan dan sekitar 93% pengguna mengungkapkan bahwa mereka mengunjungi situs web pariwisata ketika merencanakan liburan. 

Jumlah orang yang beralih ke internet untuk perencanaan liburan dan perjalanan telah meningkat lebih dari 300% selama lima tahun terakhir.

Sistem Informasi Pariwisata adalah jenis baru dari sistem bisnis yang melayani dan mendukung sistim kegiatan pariwisata seperti maskapai penerbangan, pelaku bisnis perhotelan, perusahaan penyewaan mobil, pemasok liburan, dan agen perjalanan. 

Kesatuan sistem ini sangat bergantung pada tampilan sumber informasi terkait perjalanan, seperti menampilkan produk dan juga layanan pariwisata. 

Informasi yang tertera pada sumber-sumber web dapat berfungsi maksimal jika ditampilkan dalam bentuk yang dinamis, berisikan perencanaan perjalanan, dan perbandingan harga yang kompetitif. 

Kemasan dinamis dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai komponen perjalanan yang meliputi pelaporan harga secara real time dan tersedianya customer service secara full time dalam menjawab permintaan atau keluhan konsumen maupun agen pemesanan.

Pengembangan platform yang dikemas secara dinamis mencakup penggunaan teknologi informasi terbaru karena penyebaran dan pertukaran informasi adalah tulang punggung utama industri pariwisata.

Peluang Besar

Di Indonesia, secara khusus di Nusa Tenggara Timur, peluang pengembangan pariwisata berbasis e-tourism sangat terbuka lebar. RPJMN 2015-2019 dan RPJMN 2020-2024 pemerintah telah menjadikan akselerasi pertumbuhan pariwisata sebagai salah satu strategi dari akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu isu strategis pembangunan pariwisata dalam RPJMN 2020-2024 adalah bagaimana meningkatkan kontribusi pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di daerah tujuan wisata.

Secara umum, semakin besar kontribusi sektor pariwisata terhadap “kue” perekonomian suatu wilayah, semakin besar pula kontribusi sektor pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Baca Juga: Membangun Pariwisata Model CBT di Flores

Selain itu, pemerintahan Jokowi terus berupaya mengembangkan Palapa Ring, sebuah proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer.

Proyek ini terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik (untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Dengan begitu, wilayah Bali Baru sebagai tujuan pariwisata seperti Labuan Bajo yang terletak di Nusa Tenggara Timur akan merasakan manfaatnya secara langsung.

Melalui Palapa Ring, infarstruktur dasar e-tourism seperti sinyal internet akan semakin baik, sebab, dengan tersedianya infrastruktur jaringan telekomunikasi berkapasitas besar yang terpadu bisa memberikan jaminan kualitas internet dan komunikasi yang berkualitas tinggi, aman, dan murah sehingga platform e-tourism bisa bekerja maksimal tanpa ada keluhan serius.

Peluang yang ada harus benar-benar dimanfaatkan oleh pelaku industri pariwisata di NTT, fasilitias yang disediakan oleh pemerintah mestinya bisa digunakan secara maksimal. Pola pelayanan terintegrasi melalui laman website sedapat mungkin mulai dikembangkan.

Tampilan web dibuat sedinamis mungkin dengan  mengisi berbagai komponen pariwisata yang meliputi 1) Attractions Natural: Kegiatan buatan manusia, artificial, dibuat dengan tujuan, warisan budaya, special event, 2) Accesibility: Seluruh sistem transportasi yang termasuk pada rute, terminal, dan kendaraan, 3) Amenities: Akomodasi dan fasilitas catering, dan layanan pariwisata lainnya, 4) Available Packages: Paket Wisata yang dibuat oleh perantara atau pelaku utama, 5) Activities: Aktifitas yang tersedia di destinasi dan apa yang wisatawan dapat lakukan selama kunjungan, dan  6) Ancillary Services: Layanan pendukung yang akan digunakan wisatawan seperti bank, telekomunikasi, surat menyurat, berita, dan rumah sakit.

Berdasarkan situasi dan pengalaman yang ada, sistim e-tourism belum dilakukan dengan baik, para pelaku industri pariwisata di NTT masih menggunakan pola-pola konvensional yang belum terintegrasi, bahkan masih jauh dari kata profesional.

Halaman web masih berisikan layanan dan informasi yang terpisah, misalnya, masih berfokus pada informasi tempat pariwisata atau akomodasi maupun penginapan.

Terkadang, kita juga masih menemukan nomor kontak yang tidak bisa dihubungi. Hal ini tentu saja tidak efektif, kerja sama antar pelaku industri dalam satu informasi perlu untuk dilakukan sehingga pelayanan semakin prima dan wisatawan akan semakin puas, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan.

Peluang lain yang juga dapat mendukung pengembangan e-tourism adalah bahwa Indonesia memiliki ukuran market ekonomi digital yang besar. Dari data BKPM, riset Google dan Temasek menyebutkan pasar ekonomi digital Indonesian mencapai USD 27 miliar dan berpotensi naik menjadi USD 100 miliar di tahun 2025.

Selain itu, aliran investasi asing per tahun yang berada di level USD 20 miliar sampai USD 25 miliar dengan persentasi sebesar 10% merupakan sumbangan dari sektor ekonomi digital.

Di bidang pariwisata, tourism 4.0 yang berfokus pada pengembangan pariwisata berbasis digital telah menarik minat banyak investor. Total nilai Penanaman Modal Asing di sektor pariwisata Indonesia dari Januari-Desember 2017 mencapai  USD 1.326,56 juta.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, terlihat, penanaman modal di sektor pariwisata periode 2015-2018 semester pertama, 77% didapat dari Penanaman Modal Asing (investor luar negeri). Dan 23% sisanya berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (investor dalam negeri).

Masuknya investasi dalam skala besar kepada sektor pariwisata dan ekonomi digital dapat menjadi fundasi ekonomi yang kuat dalam pengembangan etourism sehingga, keluhan mengenai ketiadaan modal bisa diminimalkan, para investor dapat menginisasi modal jika kita mengajukan proposal kerja sama yang baik dan menguntungkan, yang tentu saja masyarakat harus tetap sebagai pemilik utama dari usaha pariwisata.

Pemerintah memiliki target pada sektor pariwisata di tahun 2020 dengan total kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta dan meningkat menjadi 30 juta pada tahun 2024. Target berikutnya adalah meningkatkan devisa sektor pariwisata menjadi USD 40 juta. Kemudian, peringkat daya saing wisata dan perjalanan menjadi peringkat 30 di tahun 2024.

Target di atas akan dapat terealisasi jika pelaku industri pariwisata di NTT juga turut serta secara aktif mengembangkan diri mengikuti perubahan, salah satu caranya adalah melalui pengembangan e-tourism, sebuah produk layanan yang secara luas terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pertumbuhan industri pariwisata.

 

Salam hangat

Arnoldus Wea

Co-Founder Gerakan DHEGHA NUA dan Yayasan ARNOLDUS WEA

 

 


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai

Satu tanggapan untuk “E-tourism dan Pembangunan Pariwisata di NTT

  1. Mantap sangat menarik… Jadi kesimpulannya kita harus mempromosikan terus tentang informasi dan perkembangan pariwisata kampung tradisional maghilewa ke semua media sosial… Klau perlu kita buat website tentang kampung Maghilewa.. website yg sederhana sja.. tentang kampung tradisional dan penduduk asli yg berada di kampung Maghilewa.. nanti setiap pengunjung kita masukkan semua kegiatan mereka ke dalam website tersebut..

Komentar ditutup.