Belajar Menikmati Hidup dari Anies Baswedan

Spread the love

Ingin belajar menikmati hidup? Tak lain tak bukan, pada lord Anies Baswedan lah kita mesti datang berguru. Dijamin mantcap!

Makin hari, popularitas Anies Baswedan kian menanjak. Sepintas, level Anies sejajar dengan Jokowi, sebagai figur yang paling sering diperbincangkan, baik di dunia nyata maupun maya. Prabowo rasa-rasanya tertinggal jauh di bawah Anies, apalagi setelah kalah lagi dan memilih makan nasi goreng bareng Bu Mega kemudian ditarik masuk ke dalam kabinet.

Memang, tak ada lagi hal menarik dari Prabowo yang perlu dibahas, kecuali bila ada yang masih rela buang-buang paket internet untuk searching di yutub dengan kata-kata kunci: “Prabowo marah”, “Prabowo hantam mimbar”, atau “Calon menteri Prabowo-Sandi”. Sampai di sini, Barisan Kampret Gagal Move On mending mulai insaf, dan berpindah ke lain hati.

Kepada siapa? Yapss, kepada cucu Abdurrahman Baswedan, salah satu pejuang kemerdekaan kita. Setelah dengan saksama dan dalam tempo yang tidaklah singkat membikin observasi, saya menemukan bahwa Anies Baswedan adalah sebenar-benarnya tempat berlabuh.

Anies Baswedan adalah guru. Bahkan, adalah sekolah itu sendiri, tempat kita–termasuk Cebong dan Kampret, tak usah malu-malu–belajar dan menimba sejuta inspirasi.

Anies Baswedan punya beberapa kualitas diri yang sudah layak dan sepantasnya digugu. Dan, yang jadi pertama dan utama ialah kejeniusannya dalam menikmati hidup, meski berkali-kali dihajar oleh sebab banjir yang tak kunjung mampu pergi dari Jakarta. Mengapa dalam perkara belajar menikmati hidup, saya yang bukan warga DKI Jakarta ini dengan mantap memilih Anies Baswedan sebaga contoh, model, serentak teladan?

Pantang menyerah

Ada banyak kisah tentang seseorang yang pantang menyerah dalam menghadapi pahit-manis kehidupan. Anies Baswedan satu di antaranya. Sejak 2007 sampai detik ini, Anies Baswedan tak pernah tinggal kosong tanpa kerjaan.

Nganggur mungkin satu-satunya kata yang tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Anies mulai populer sejak terpilih menjadi rektor termuda untuk perguruan tinggi pada 2007 dan saat menelurkan Gerakan Indonesia Mengajar. Apakah Anies Baswedan berhenti pada prestasi ini? Tidak!

Buktinya, Jokowi-Jk tanpa segan-segan menariknya masuk dalam Kabinet Kerja dengan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Meski kemudian disepak keluar dan diganti oleh Muhadjir Effendy padahal belum genap dua tahun mengabdi – dengan alasan yang bagi sebagian orang masih menjadi misteri –, apakah beliau menyerah? Pantang bagi Anies Baswedan untuk menyerah. Maju Pilgub DKI Jakarta 2017 bersama Sandiaga Uno adalah buktinya. Sudah begitu, menang lagi. Dan rivalnya Ko Ahok sampai masuk bui segala.

Jadi begitu. Pada Anies Baswedan, kita semua dari Sabang sampai Merauke bisa belajar, bahwa dengan pantang menyerah, hidup dengan segala jatuh-bangunnya ini dapat dengan enteng kita nikmati. Anies panutanqu ~

Murah senyum

Salah satu quote cantik dari Habiburrahman El Shirazy berbunyi: “Manisnya senyum hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang mencintai dengan hati”. Anies Baswedan menghidupi sehidup-hidupnya quote ini. Itulah mengapa, Anies Baswedan adalah orang Indonesia yang paling murah dalam perkara senyum.

Warga Jakarta saja yang lupa bahkan gagal mencintai dengan heart Gubernur yang telah mereka pilih dengan sangat amat demokratis itu. Sehingga, gagap pula memaknai bahwa di balik senyuman Gabener, eh Gubernur yang aduhai manisnya itu, tersembunyi sekaligus madu dan racun.

Jadi, Si Poltak Raja Minyak dari Medan, biarpun dirimu lewat program-programan “Ruhut Buka-bukaan” merisak Anies Baswedan, beliau akan tetap tersenyum. Anies Baswedan sudah paham benar, murah senyum adalah kunci kedua menikmati hidup. Kita rakyat biasa merangkap proletar ini bisa belajar.

Meski bergeser sedikit, lewat senyum yang terlampau murah itu, Anies Baswedan sesungguhnya sedang menunjukkan bahwa dirinya kebal kritik. Lo kritik, gua mah senyum aja, evaluasi dan perbaikan tunggu kapan-kapan. Semakin dikritik, senyum Anies Baswedan semakin murah. Di situlah hidup sedang sungguh-sungguh Anies Baswedan nikmati. Oke?

Traveller

Saya curiga, sebelum jadi akademisi lalu politisi, Anies Baswedan pasti pernah punya cita-cita jadi traveller. Mungkin karena nasib berkata lain, cita-cita ini gagal diwujudkan. Tapi, tak berarti hilang lenyap mati tertelan waktu. Berkat dukungan penuh dan militan dari Gerindra dan PKS serta kroni-kroninya, Anies Baswedan jadi satu-satunya Gubernur sepanjang sejarah Indonesia yang merangkap traveller.

Total, empat kali sudah Gabener, eh, Gubernur Anies Baswedan ke luar negeri selama 2019 ini. Sungguh traveller yang tiada tandingan. Di tengah rencana Jakarta harus punya Peta Masalah Kesehatan yang Anies Baswedan sampaikan saat Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) yang belum jelas realisasinya, di tengah masalah sampah yang oleh Bu Risma dinilai sangat menakutkan, di tengah kemacetan juga kesenjangan sosial lainnya, Anies Baswedan masih sempat-sempatnya jalan-jalan ke Singapura, Jepang, Medellin, Kolombia, dan Amerika. Sungguh, traveller yang tak perlu diragukan jam terbangnya.

Kondisi Ibu Kota boleh saja makin hari makin berantakan, warga Jakarta boleh saja makin hari makin tidak nyaman jalani hidup, intinya, Gubernur harus rutin lakukan kunjungan kerja, jadi pembicara, dan bawakan pidato.  

Jadi, Indonesia sebetulnya tak butuh pemimpin yang lebih banyak bekerja daripada bicara, atau pemimpin yang berprestasi mensejahterakan rakyatnya. Indonesia hanya butuh pemimpin yang pandai menikmati hidup lewat pantang menyerah, murah senyum, dan banyak jalan-jalan. Saya kira Surya Paloh juga sepakat soal ini. Iya kan, Bapak terkasih? 

Baca juga tulisan lain di kolom Corak atau tulisan menarik lainnya dari Reinard L. Meo

 

Oleh: Reinard L. Meo

 

 


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai