Daya Tarik

Spread the love

Dalam tulisan pendek ini, saya coba membentangkan realitas riil dan realitas ‘semu’ yang ditawarkan oleh teknologi internet. Kedua realitas ini akan coba saya pertentangkan satu dengan yang lain, untuk pada akhirnya melihat, mana yang lebih berdaya tarik.

Seperti biasa, poin-poin penting akan ditemui pada bagian paling akhir, dalam korelasinya dengan hidup keberimanan kita.

Kata Bahasa Indonesia yang saya sangka sepadan dengan ‘daya tarik’ ialah ‘pesona’. Daya tarik dapat diartikan sebagai semacam kekuatan dari dalam (inner power) yang mampu menyedot perhatian, mampu menarik, bahkan sampai pada keterlibatan yang melampaui perhatian saja.

Seseorang dapat terseret menuju sebuah permaian judi misalnya, oleh sebab permainan itu memiliki pesona, daya tarik. Pesona seorang wanita muda, lain contoh, dapat membuat seorang lelaki mati-matian berjuang, meski sudah berkali-kali dibilang, “Kita sebaiknya berteman saja, Kaka, saya tidak suka laki-laki yang marxis tapi malas mandi!” Hal yang sama ini berlaku juga pada teknologi internet.

Sejak awal mula penemuan sampai era post-(post)-modernisme ini, teknologi internet benar-benar memiliki daya tarik yang amat kuat. Dapat dikatakan, manusia dewasa ini bahkan tidak dapat sungguh-sungguh memisahkan diri dari teknologi internet.

Baca Juga: Siapa yang Mesti Bertanggung Jawab dengan Berita Palsu?

Teknologi internet membawa serta akselerasi pada hampir semua segi kehidupan. Hidup keberimanan pun tidak lepas dari sentuhan teknologi internet (silakan baca lebih lengkap dalam Inter Mirifica, Dekrit tentang Komunikasi Sosial).

Sekarang ini sudah mulai muncul term-term menggelitik semisal supermarket iman atau katedral konsumerisme. Lantas kita bertanya, mengapa ini mungkin? Apakah hal ini disebabkan oleh realitas riil yang tidak lagi memiliki daya tarik?  

Sampai di sini, saya teringat lagi akan paroki-paroki di Kevikepan Bajawa, Keuskupan Agung Ende, Flores, NTT. Hampi semua paroki, entah di beranda pastoran atau di ruangan khusus, menyediakan perlengkapan liturgi, mulai dari Kitab Suci, buku-buku doa, sampai rosario dan pernak-pernik beraroma rohani lainnya.

Ini tentu sebuah pemandangan yang menarik. Ini juga semacam bukti bahwa agen-agen pastoral masih peduli dan bertanggung jawab dalam proses menumbuhkembangkan iman umat. Lalu sekarang, apakah pemandangan ini masih berdaya tarik? Apakah pesonanya masih kuat memikat?

Realitas riil sebagaimana saya gambarkan ini tentu terdepak oleh laju teknologi informasi yang membawa serta aneka kemudahan yang serba cepat. Yah, quickness. Orang atau umat tidak perlu bersusah payah mencari kebutuhan rohaninya di pastoran atau toko-toko rohani terdekat. Belum lagi, barang yang dibutuhkan itu habis.

Teknologi internet hadir sebagai penolong yang tepat lagi gesit. Teknologi internet menyediakan segalanya, bukan saja ketika orang atau umat hendak berbelanja, tetapi juga ketika orang atau umat ingin memperolehnya secara cuma-cuma.

Sebut saja, kalender liturgi dapat dengan sekali klik akan muncul di layar smartphone umat. Atau doa-doa devosional dan populer lainnya, akan cepat saji serta enteng untuk digunakan kapan dan di mana saja.     

Apakah realitas yang disediakan teknologi internet ini memang ‘semu’? Lagi-lagi saya gunakan tanda petik untuk sekadar menegaskan: ketergantungan yang berlebihan pada teknologi internet akan melemahkan daya juang, termasuk militansi dalam beriman.

Tekanan saya lebih pada soal ketergantungan, pada soal terjebaknya umat pada daya tarik yang disodorkan teknologi internet. Bahwa di satu sisi teknologi internet membawa kemudahan, ini patut disyukuri. Hanya saja, tidak mesti kehilangan sikap kritis atau kemampuan membatasi diri.

Banyak sekali anekdot-anekdot sarkas, antara lain orang lebih suka sekali klik dalam membuka Kitab Suci, daripada membolak-balik buku dan mencari ayat demi ayat untuk kalimat atau kata kunci yang diinginkan, atau orang tidak lagi menggunakan buku panduan dalam doa rosario, melainkan handphone yang berisi panduan yang telah diunduh, atau yang makin marak kita temui pastor tak perlu repot-repot bawa tas besar untuk sejumlah buku misa, cukup ipad asal layarnya dapat dengan mudah digeser-geser. Ini semutlak-mutlaknya berkaitan dengan daya tarik, pesona. Baru sesudah itu, sebuah argumen bisa enteng saja dibuat: praktis!

Realitas mana yang pada akhirnya lebih berdaya tarik, yang pesonanya lebih strong?

Saya sangka, awasan Dekrit Konsili tentang Media Komunikasi Sosial penting untuk diperhatikan. Media sosial dapat memberikan kontribusi kepada umat manusia, dan Gereja dapat menggunakannya untuk menyebarkan Injil Kerajaan Allah. Awasan ini juga memiliki daya tariknya tersendiri, bukan?

 

Oleh: Reinard L. Meo

 

 

Baca juga tulisan lain di kolom Corak atau tulisan menarik lainnya dari Reinard L. Meo

 


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai

Satu tanggapan untuk “Daya Tarik

  1. Salam Minggu ???

    Mungkin ini komentar sy tdk punya nilai bobot sama sekali.
    Tidak ada keterpisahan lagi saat ini antara teknologi dan manusia..kesannya sudah seperti perjodohan. Meski teknologi dan manusia itu berbeda tp kl sdh jatuh cinta ingin sehidup semati mana bisa di pisahkan.
    Benar tidak…?.

    Positif_: semacam simbiosis mereka saling menguntungkan, saling melengkapi yg namax informasi. Informasi itu penting bg mereka berdua.

    Negatif _: tingkat interaksi antar sesama akn menurun. Database segala informasi dan pengetahuan seolah pux rumah sendiri. Dam sudah pasti kita tdk bisa tanpa etika masuk ke rumah orang tanpa ijin.
    So…
    Bagi sy tdk ada yg bisa dipersalahkan. Sekarang trgantung manusianya yg bisa mengatur porsi waktu interaksi dg teknologi…
    Kemudian soal aplikasi² tersebut , manusia saat initinggal di tengah² teknologi. Kl berdoa rosario tdk perlu pkai buku panduan tetapi ke unduhan, atau Aplikasi Bible Offline. Mungkin seharusnya manusia memakainya di waktu dan cara yg tepat dan pantas. Karena krusial sekali kl sebuah perayaan liturgi panduannnya memakai aplikasi atau unduhan
    Saya juga tidak setuju.
    Maaf komentar saya tdk berbobot, sy masih sgt awam soal tulis menulis. Tp ini sy pkir sdh menulis…?
    Salam….
    Lantai 2 SPBU Wolonbetan

Komentar ditutup.