Ketika Buku lebih Menarik dari Bermain

Spread the love

Mengenal buku pertama kali adalah lewat Sekolah Minggu gereja yang dibuka selesai misa kedua di kampung saya Waitabula, sebuah kampung kecil di Sumba Barat Daya (NTT). Ibadah pada waktu itu serasa tidak begitu penting, karena setelah itu saya diijinkan orangtua untuk membaca dan meminjam buku di Toko Buku Gereja.

Saat setelah Ibadah selalu ditunggu anak-anak karena kami bisa melakukan banyak permainan di haaman gereja. Saat itu, permainan yang populer adalah lompat tali, kasti, kelereng, sepakbola plastik, petak umpet dan permainan tradisional lain. Berbeda dengan teman-teman yang langsung bermain, saya lebih memilih masuk ke dalam perpustakaan gereja dan membaca di sana.

Buku-buku yang saya kenal sejak kecil:

(1) The  Adventures of Tintin atau Petualangan Tintin. Tintin yang merupakan  seorang yang  mampu memecahkan banyak misteri dan teka-teki. Petualangan Tintin yang ada saat itu dalam bentuk komik. Komik Tintin dibuat dan dilukis oleh seorang komikus asal Belgia yang mempunyai nama pena Hergé.

(2) Serial Nina dalam bentuk komik. Buku ini tak ubahnya seperti bacaan wajib untuk gadis remaja. Serial ini mengisahkan seorang gadis yang bisa perkasa, tabah tak terombang-ambing emosi, berani mengambil resiko dan berani menyerempet bahaya.  Bisa pula bertindak yang aneh-aneh di luar dugaan tapi selalu memberi teladan yang baik dan positif.  Meskipun selalu menokohkan seorang gadis, serial Nina digemari juga oleh remaja cowok tahun 1980 an.

(3) Serial St Clare dan  Lima Sekawan karangan Enid Blyton dan Pamela Cox.  Serial Lima Sekawan  bercerita tentang  Julian, Dick, George, Anne (dan seekor anjing bernama Timmy) yang memecahkan berbagai misteri ketika sedang berlibur dari sekolah asrama

(4) Kisah Sahabat-Sahabat Yesus adalah buku yang menceritakan kisah kemartiran para pengikut Yesus dalam upaya mempertahankan iman kekristenan. Buku ini sangat mempengaruhi sampai suatu ketika saya ingin menjadi biarawati. Beberapa seri yang pernah saya baca antara lain: Santo Ignasius de Loyola, Santo Bernardinus Realino, Santa Germana Cousin, 26 martir Jepang dari Nagasaki, Santo Andreas Bobola, Santa Margaretha Maria Alacoque, Santo Benedictus Yosef Labre, Santa Madeleine Sofia, Santo Gabriel Frans Possentidan Santa Gemma Galgani. 

(5) Serial Pilih Sendiri Petualanganmu karangnan Edward Packard terbitan Gramedia hampir semua saya baca terutama yang menyangkut Penjelajah Antariksa, Mencari Atlantis, Lorong Waktu dan lain-lain.  

(6) Majalah Remaja HAI , majalah ini merupakan majalah remaja pertama yang saya kenal saat itu dengan beberapa  komik menarik seperti Pendekar Trigan, Arad & Maya, Si Rambut Merah, dan  komik strip Coki si Pelukis Cepat. Coki Pelukis Cepat ini sangat diingat karena merupakan halaman belakang majalah tersebut  

(7) Winnetou. Winnetou adalah sahabat Old Shatterhand dalam kisah-kisah karya Karl May. Ia adalah seorang kepala suku Indian Apache Mescalero. Kisah-kisah tentang Winnetou dapat dijumpai dalam beberapa serial seperti Kepala Suku Apach, Pertarungan melalui suku Comanche dan masih banyak lagi . Karl May menggunakan ceritanya untuk menyebarluaskan nilai-nilai seperti perdamaian, persahabatan, pengampunan, Old Shutterhand dan Dendan yang Terbalaskan, kebijaksanaan, kepercayaan, religi, keberanian dan pertobatan sebagai nilai-nilai universal yang ada dalam ajaran tiap agama.

 (8) Majalah Dian dan Kunang-Kunang. Majalah Dian dan Kunang-kunang adalah majalah karya penerbit Nusa Indah Flores

(9) Bobo,majalah bobo adalah majalah anak pertama yang saat kecil merupakan majalah paling populer dan ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan menunggu kisah Bobo, Coreng, Upik, Emak, Cimut, Bapak, Paman Gembul  sekeluarga, Pipiyot versus Oki Nirmala, dan  keisengan Oki yang suka maling tongkat Nirmala. Kelakuan Paman Kikuk selalu apes yang membawa kita  bertanya-tanya kapan Paman Kikuk beroleh hoki, ada juga kisah tentang  belalai Bona yang begitu panjang yang bisa menolong banyak orang.

 (10) Majalah Bulanan Intisari, majalah bulanan yang masih bertahan sampai sekarang.

Di samping karya fiksi dan majalah-majalah , saya juga beruntung berjumpa dengan buku-buku pelajaran di kampung kami. Hal ini tidak terlepas dari peran  ayah saya yang waktu itu merupakan guru lulusan Jawa pertama yang banyak mengedukasi masyarakat dengan buku. Ayah mempunyai toko buku yang sering membeli buku-buku terbitan PT Nusa Indah, Kanisius , Tiga Serangkai Solo dan Gramedia.

Baca Juga: Matematika dan Pembentukan Karakter

Seingat saya ada pula buku-buku yang masih berbahasa Arab yaitu hikayat Malin Kundang. Saya ingat sekali betapa terkagum-kagum ketika ayah menerjemahkannya untuk kami bertiga anaknya.  saya terkagum karena buku yang ditulis dengan bahasa Arab tersebut dibaca dari kanan ke kiri.

Ketika bekerja dan tinggal di Yogya,  beberapa novel yang pernah saya baca adalah  karangan  Mira W, Zarra Zettira dan  Dwianto Setiawan. Saya juga mengikuti serial novel detektif karya Agatha Christie, Komet Minor – Tere Liye, Orang-Orang Biasa Karya Andrea Hirata dan masih banyak lagi. Buku Metodologi Pendidikan, Riset dan Sains, Statistika dalam Penelitian Pendidikan. Saya lebih banyak membaca buku metode pembelajaran, psikologi pendidikan di samping buku-buku yang relevan dengan pembelajaran Matematika SMA.

Dewasa ini saya lebih banyak menghabiskan waktu  membaca buku pelajaran dan jarang membaca majalah, novel dan lain-lain. Semua seakan tergantikan dengan hadirnya serial telenovela, drama , film yang dalam tanda petik telah memuaskan rasa ingin tahu kita. Fakta, data, kronologi tentang sesuatu fenomena telah digambarkan dengan sangat jelas lewat tayangan dalam bentuk gambar atau video dan disiarkan lewat televisi, youtube atau bioskop. Serial Tintinpun sudah ada di youtube.

Kisah-kisah Novel yang tebal-tebal yang memakan waktu berjam-jam atau berhari-hari sudah tersaji di layar lebar. Adapula beberapa  telenovela dari luar negeri yang sangat memanjakan mata kita. Bahkan kadang kita mengesampingkan perbedaan budaya, konteks dan nilai yang disajikan. Lain lagi kisah tentang hadirnya TV dari semua belahan dunia. Tinggal klik saja kita bisa melihat dunia dan segala isinya.

Kenangan akan perjumpaan dengan buku membuat saya tersadar bahwa ada yang hilang di generasi sekarang ini yaitu menemukan kekuatan argumen, imaginasi, motivasi, gairah menantang masa depan lewat membaca buku.

Padahal kekuatan membaca adalah imaginasi, argumentasi, daya abstraksi yang tinggi yang kelak dibutuhkan untuk  mengelola emosi, menemukan cita-cita dan membangun konunikasi yang berkualitas. Rupanya ini merupakan kesadaran bersama yang berusaha dihidupkan kembali lewat gerakan literasi di sekolah.

Masih ada waktu untuk meraih kembali kekuatan membaca buku. Beberapa strategi bisa dilakukan.

(1) Menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Orang tua sebaiknya membaca dan membiasakan anak membaca. Selain itu, keluarga perlu menyediakan buku-buku yang berbobot di rumah, mengajak anak ke Perpustakaan Daerah, mengenalkan buku-buku yang relevan dengan usia anak dan membacakan buku pada anak menjelang tidur. Dengan demikian, anak akan menjadikan kegiatan membaca sebagai hobi mereka.

(2) Memperbaiki  sarana pendidikan dan  akses ke fasilitas pendidikan terutama buku berkualitas tapi murah. Birokrasi pengadaan buku sekolah harus dipangkas. Pengadaan yang lama menyebabkan koleksi perpustakaan sekolah didominasi buku-buku lama. Hal ini menghambat perkembangan kualitas literasi di Indonesia.

(3) Hal yang terpenting adalah peningkatan produksi buku.  Hal ini disebabkan minimnya jumlah penulis, kurangnya motivasi  menulis dan pangsa pasar yang belum menjanjikan. Oleh karena itu perlu dibangun kesadaran kolektif untuk berani menyusun buku, membeli buku dan menjadikan buku sebagai kado terindah buat anak cucu di masa depan. Mari kita menjadi bagian dari buku itu sendiri

Oleh: Maria Ernawati M. Tana

 

Baca juga tulisan lain di kolom Corak atau tulisan menarik lainnya dari Maria Ernawati M. Tana


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai