Untuk yang Lulus pada Tahun 2020, Kalian Hebat!

Spread the love

Najwa Shihab, presenter tersohor Indonesia, memelopori gerakan kampanye sosial dengan tagar WisudaLDR2020 di media sosial.

Putri dari tokoh agama yang disegani di Indonesia ini meminta para pesohor lainnya dan pengikutnya di media sosial untuk ikut mengunggah foto saat tengah diwisuda dengan mencantumkan hestek tersebut.

Tak lupa di bagian keterangan gambar dituliskan pesan-pesan semangat dan dukungan kepada generasi yang harus menjalani wisuda secara daring dari rumah.

Pandemi memang membuat masyarakat melakukan penyesuaian di sana-sini. Bidang pendidikan termasuk di dalamnya.

Baca Juga: Matematika dan Pembentukan Karakter

Biasanya, ada periode-periode tertentu di sebuah tahun ajaran yang memang dikhuhuskan untuk menggelar seremoni untuk menandai sudah selesainya masa pendidikan seseorang.

Acara wisuda dilangsungkan sebagai bentuk perayaan bahwa ada generasi yang berhasil dinyatakan lulus dan memenuhi syarat untuk menjajaki babak baru dalam kehidupannya.

Sebelum adanya pandemi, wisuda biasanya diselenggarakan di hotel atau ruang besar (gedung auditorium juga bisa) yang mampu menampung puluhan, ratusan, atau bahkan wisudawan/wisudawati.

Pandemi yang menghantam Indonesia turut mengubah tradisi wisuda ini. Demi menghindari adanya kerumunan orang di satu tempat dan waktu yang bersamaan, pemangku kebijakan di institusi pendidikan akhirnya memutuskan untuk mengalihkan bentuk pelaksanaan wisuda.

Wisuda memang tetap digelar, tapi tidak dilangsungkan dengan mengumpulkan wisudawan dan para keluarga mereka dalam satu ruangan.

Acara wisuda kini disesuaikan, digelar secara daring dengan memanfaatkan teknologi konferensi video. Para wisudawan cukup berada di rumah bersama keluarga yang mendampingi untuk ikut berpartisipasi dalam seremoni tersebut.

Wisuda daring ini memang berbeda sekali dengan tata cara wisuda pada tahun-tahun sebelumnya. Kita harus mencatatnya sebagai sejarah besar yang semoga cukup tahun ini saja seperti itu. Semoga kondisi dunia semakin membaik. Harapannya, wabah segera berakhir dan tidak berlarut dampak buruknya.

Panitia penyelenggara wisuda tentunya harus merancang konsep baru agar wisuda daring tidak mengurangi makna sakral dari diadakannya wisuda tersebut. Bagaimana merumuskan susunan kegiatan yang tetap menorehkan perasaan haru yang membuncah bagi partisipannya.

Suasana harus tersebut tetap harus dihadirkan meski tidak ada pemindahan tali topi toga, tidak ada jabat tangan langsung dengan pejabat tinggi kampus, ataupun agenda lain seperti biasanya.

Supaya generasi yang dinyatakan lulus dari rumah tetap bisa merasakan euforia wisuda, Najwa Shihab akhirnya mencetuskan inisiasi untuk memposting foto dirinya saat berwisuda diserta hestek #WisudaLDR2020. Najwa turut membubuhkan kalimat yang niatnya untuk melecutkan semangat generasi yang menjalani wisuda online.

Najwa juga mengajak tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia lintas bidang seperti Dian Sastro, Sandiaga Uno, Afgan Syahreza, Rossa, dan para pengikutnya untuk turut andil dalam gerakan tersebut.

Benar saja, unggahan di media sosial jika dilihat pada hari-hari belakangan memang dibanjiri foto orang-orang memakai toga. Mereka menceritakan pengalaman dan menggambarkan bagaimana suasana wisuda.

Inilah yang akhirnya memicu ribuan reaksi kontra. Memamerkan foto diri yang berwisuda langsung dengan dalih menyemangati mereka yang tidak bisa wisuda dan harus merasakannya secara daring, dianggap tidak bijak.

Foto-foto tersebut nyatanya malah membuat pihak-pihak yang gagal wisuda langsung (akibat pandemi) bersedih. Angan-angan mereka untuk bisa menghadirkan orangtua di kampus tercinta menjadi buyar. Apalagi, biaya wisuda langsung bisa jadi sudah terbayarkan dan belum tentu dananya dikembalikan oleh kampus.

Sepengalaman saya, biaya yang dipungut oleh kampus terbilang tidak murah. Berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sangat bernilai tentunya jika uang tersebut diserahkan kembali kepada wisudawan, apalagi kondisi ekonomi tengah sulit saat ini.

Semakin masifnya yang memposting foto justru malah membuat generasi wisuda dari rumah jadi makin terbayang keseruan wisuda bersama teman-teman kampus seperjuangan lalu ada orang-orang terkasih (senior, junior, teman-teman angkatan, teman-teman organisasi pasangan, keluarga, dll) yang hadir merayakan kelulusan tersebut.

Namun, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa itu hanya bayangan semata dan pupus untuk direalisasikan. Malah terkadang, wisuda langsung adalah momentum yang dinantikan para orangtua. Sebab akhirnya mereka tiba juga pada titik yang selama ini terjuntai dalam doa.

Wisuda bukan hanya acara para wisudawan, ada orangtua (apalagi orangtua para perantau dan anak didik yang bisa menyelesaikan pendidikan dalam kondisi keterbatasan ekonomi) yang sudah mendambakan digelarnya acara tersebut.

Para orangtua mengartikan wisuda sebagai buah perjuangan yang akhirnya bisa direguk setelah bertahun-tahun mereka mendoakan, banting tulang bekerja untuk membiayai kuliah, dan mendorong anak mereka merampungkan garap skripsi dan lain sebagainya.

Tentu ada gurat kekecewaan karena gambaran wisuda yang selama ini mereka idamkan nyatanya harus sirna akibat pandemi. Kesedihan semakin memuncak saat melihat foto-foto wisuda berseliweran. Karena itu, sebaiknya urungkan niat untuk pamer foto-foto wisuda offline.

Kondisi yang berubah serba mendadak ini memang tidak bisa disalahkan. Para generasi yang lulus pada tahun 2020 mungkin tidak mengalami wisuda dalam keadaan ideal.

Tidak ada pengalaman tentang menyaksikan kepadatan jalanan menuju lokasi wisuda karena dipenuhi kendaraan pengantar para wisudawan.

Tidak punya kenangan soal konvoi arak-arakan selepas prosesi wisuda oleh adik tingkat.

Tidak merasakan gerahnya menanti namanya dipanggil untuk maju ke podium demi sebuah upacara pemindahan posisi tali topi toga oleh rektor, yang menandai sahnya gelar baru.

Bagi perempuan, mungkin tidak tahu rasanya mengantre untuk didandani perias demi penampilan paripurna saat wisuda langsung. Menahan kantuk di pagi buta agar riasan sudah siap sebelum jadwal wisuda pagi.

Meski kalian tidak mengalami itu semua, nyatanya itu tidak mengurangi nilai kalian sebagai wisudawan. Kalian justru menjadi generasi yang hebat yang berhasil menuntaskan tanggungjawab kepada orangtua untuk lulus.

Kalian sukses mengantarkan diri kalian menjadi pribadi tangguh dan pantang menyerah. Soalnya, tekanan agar bisa lulus kuliah di kala pandemi seperti ini pasti jauh lebih berat.

Kondisi pandemi rentan membuat orang-orang depresi dan mungkin juga kalian alami karena penelitian yang semula dirancang tatap muka, harus segera diubah secara daring.

Pengambilan data skripsi juga pasti berubah sistemnya. Konsultasi dengan dosen juga butuh penyesuaian. Namun kalian mampu membuktikan jerih payah kegigihan atas semua itu.

Kalian punya daya juang yang mungkin tidak dimiliki generasi yang lulus pada periode-periode sebelumnya. Kalian telah teruji oleh situasi yang sulit.

Kalian diganjar gelar baru yang semoga bisa membawa kepada kehidupan yang lebih baik. Ingat, wisuda yang berlangsung satu hari itu adalah seremoni.

Yang terpenting, bagaimana kalian menjalani dan menentukan pilihan hidup setelahnya dan bagimana mempertanggungjawabkan gelar yang kalian sandang.

Selamat, kalian generasi hebat.

Oleh: Shela Kusumaningtyas

 

 

Baca juga tulisan lain di kolom Corak atau tulisan menarik lainnya dari Shela Kusumaningtyas

 


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai