Kesehatan Pecatur dan Catur Untuk Kesehatan

Spread the love

Wajah tertunduk sekitar 15 derajat, kelopak mata dibiarkan menutup. Lengan kanan menyiku dan menempel di atas meja yang lumayan rapat dengan tempat ia duduk; posisinya condong ke depan. Lengan satunya menjadi penopang bagi dahi, jemarinya tampak bekerja memberi pijatan atau tekanan ringan.

Gambar lain yang beredar juga tidak kalah murungnya. Kali ini posisinya lebih maju, dua siku lengan menjadi tumpuan utama, dan kedua telapak tangan menyangga area pipi. Tatapan mata mendelik ke arah papan catur, mungkin sedang memastikan posisi para bidak sudah sesuai rencana atau belum.

Itulah sedikit dari sekian banyak meme viral yang mengambarkan ekspresi Irene Sukandar, penyandang gelar Woman Grand Master (WGM) Indonesia, sebelum dan selama pertandingan catur melawan Pak Dadang Subur alias Dewa Kipas.

Mungkin Anda semua sudah tahu atau ikut melihat gambar itu di lini masa media sosial, sebab  laga catur fenomenal yang disiarkan langsung di siniar Deddy Corbuzier itu menduduki #1 trending di Youtube. Berapa minggu terakhir, pembicaraan tentang hal ini menjadi perhatian warganet Indonesia, bahkan bagi pecinta catur di seluruh dunia.

Kita fokus kembali pada ekspresi Irene Sukandar tadi, termasuk juga Dewa Kipas yang sesekali menunjukkan raut wajah yang kurang lebih sama. Sebagai orang awam, kita bisa saja menyimpulkan: mereka sedang stres; berada dalam tekanan yang sangat berat. Apakah memang permainan catur itu bikin stres?

Kalau kita sekadar bermain di teras rumah dengan kerabat dekat sambil menunggu hidangan makan siang tersaji, misalnya, mungkin suasana terasa lebih rileks. Biasanya penuh canda dan banyak tawa yang tercipta. Kalau menang membusungkan dada sambil senyum-senyum, kalau kalah mulai berteori—supaya kawan atau lawan main bisa memakluminya.

Gambaran permainan catur yang menyenangkan itu seolah lenyap ketika masuk ke ranah laga profesional. Seperti yang dilakukan WGM Irene Sukandar dan Dewa Kipas pada Senin (22/3) lalu. Kalau memang pertarungan catur profesional itu penuh dengan tekanan, apakah hal ini baik buat kesehatan?

Selama pandemi COVID-19 berlangsung, kita akrab sekali dengan nasehat untuk menghindari stres. Kalau hidup dipenuhi dengan berbagai tekanan fisik maupun psikis, pertahanan tubuh melemah, sehingga kemudian mudah terserang wabah atau masalah kesehatan lainnya.

Beban Psikofisiologis Pemain Catur

Sekali lagi, pemain catur yang dimaksudkan dalam ulasan ini lebih fokus pada atlet profesional, bukan pecatur level RT/RW. Sejak dulu, ternyata para ahli sudah mencari tahu bagaimana metode ukur untuk memahami tekanan psikologis dan fisik (psikofisiologis) pecatur profesional yang tampaknya penuh dengan tekanan.

Sependek yang sudah berlangsung diamati selama ini, ada dua patokan yang bisa menilai seberapa berat tekanan yang dialami pecatur profesional, yaitu Heart Rate Variability (HRV) atau variabilitas detak jantung dan respons gelombang otak yang diukur dengan elektroensefalogram (EEG).

HRV merupakan gambaran naik-turunnya atau fluktuasi yang terjadi pada detak jantung dan kecepatan denyut jantung. HRV menggambarkan hubungan kerja antara jantung dan otak saat berpikir keras atau melakukan aktivitas kognitif lainnya. Hubungan inilah yang membuat pengukuran HRV dan EEG sering dilakukan bersama; keduanya sama-sama baik untuk mengontrol dan memantau beban kerja pada pemain catur.

Pada umumnya, orang yang mengalami stress, detak jantungnya meningkat—bahkan bisa tidak teratur. Amatan pada pemain catur malah menunjukkan fakta berkebalikan. Mereka yang bermain catur,  apalagi ketika menghadapi permainan dengan tingkat kesulitan yang tinggi, nilai HRV itu justru lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pecatur biasa.

Kenapa anomali gejala fisiologis tubuh ini bisa terjadi? Sebelum kita analisis sampai ke sana, kita bahas dulu pemindaian gelombang otak pada pecatur profesional dengan EEG. Sama seperti pengamatan sebelumnya, pecatur itu dihadapkan pada komposisi bidak yang membutuhkan daya pikir dan kosentrasi tinggi untuk bisa menang.

Sekadar tahu saja, ada banyak variasi gelombang otak yang bisa terbaca pada EEG. Di sini hanya dibahas 3 saja yang punya kaitan dengan pecatur.

Pertama, gelombang gamma (16 Hz – 100 Hz) yang menunjuukan aktivitas mental yang sangat tinggi seperti saat menghadapi arena pertandingan atau kondisi sangat panik.

Kedua, gelombang alpha (8 -12 Hz) yang menandakan keadaan relaks.

Dan ketiga, theta (4 – 7 Hz), gelombang yang terekam pada orang dengan kondisi tertidur, meditasi, berdoa atau menjalani ritual agama dengan penuh konsentrasi.

Bila kita mengikuti asumsi awal tadi, bahwa turnamen catur itu menegangkan bagi pemain profesional, maka harusnya gelombang otak yang terekam adalah gamma. Hasil pengukuran lagi-lagi menunjukkan hal yang berbeda, gelombang theta dan alpha jauh lebih aktif selama permainan catur yang sukar.

Kalau pengukuran HRV dan EEG dilakukan bersamaan, keduanya saling memengaruhi. Penelitian pada kelompok yang tidak terbiasa main catur (bukan pecatur profesional), misalnya, hasilnya menunjukkan gelombang theta lebih rendah dan HRV lebih tinggi.

Jadi, kalau sebelumnya ada pertanyaan kenapa HRV lebih rendah ada pecatur profesional, hal itu ada kaitannya dengan aktivitas gelombang theta yang meningkat. Itu adalah kondisi setingkat di atas relaks, seperti saat meditasi atau seperti tidur yang dalam tapi tetap mampu berkonsentrasi dengan baik pada permainan.

Ketika suasana gelombang otak sangat rileks seperti itu, ia juga mampu memberi sinyal pada organ-organ tubuh lain termasuk jantung, bahwa situasi sedang baik-baik saja. Sebagai responnya, detak jantung menjadi lebih tenang dan pelan (tapi tetap dalam batas normal), dan kondisi theta juga sering ditandai dengan pernapasan yang melambat dan dalam.

Hal itu menandakan kalau apa yang terlihat oleh mata telanjang orang awam, tidak bisa dipercaya begitu saja. Kalau pemain catur yang kelihatan dari luar tampak stres berat padahal psikofisiologis justru baik, artinya dugaan mereka akan mudah terserang penyakit langsung terpatahkan.

Mereka justru punya kesempatan menjadi lebih sehat dan bahagia, karena gelombang otaknya sering berada pada alpha dan theta. Lagian, atlet catur itu dilatih oleh orang profesional pula. Pasti didampingi ahli kesehatan dan psikolog yang membuat mereka makin pandai beradaptasi pada situasi apapun.

Catur untuk Kesehatan

Selama ini, sudah banyak penelitian yang membuktikan kalau pemain catur memiliki kemampuan kognitif yang jauh lebih baik dibandingkan mereka yang tidak menekuni atau berlatih permainan tersebut. Bercatur merangsang tiga aspek sekaligus: pikiran, tubuh, dan emosi.

Permainan catur merupakan wadah latihan berpikir kritis dan sistematis, sehingga tidak heran bila pemain catur pandai matematika; berpeluang menjadi pribadi yang sukses; memiliki kemampuan akademik yang baik; dan lebih terampil menyelesaikan masalah.

Bagaimana manfaat khusus untuk bidang kesehatan? Sejauh ini, sudah ada beberapa modifikasi permainan catur sebagai salah satu terapi bagi penderita masalah kesehatan tertentu. Sebut saja beberapa, misalnya, catur dimanfaat buat terapi anak autis untuk mengurangi masalah komunikasi yang mereka alami dan meningkatkan kemampuan anak yang mengalami disleksia.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Rusia pada anak-anak berkebutuhan khusus atau penyadang cacat, akivitas permainan catur terbukti bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Lebih lanjut, bermain catur juga bisa melindungi otak dari demensia, dan meredakan serangan panik.

Khusus pada bidang promosi kesehatan, ada pula tenaga kesehatan yang memodifikasi permainan catur atau pemainan yang menggunakan papan lainnya seperti monopoli sebagai media penyampaian informasi kesehatan. Lewat permainan, orang tidak merasa digurui, sehingga lebih mudah menerima dan memahami pengetahuan baru.

Catur menjadi fenomena yang menarik saat ini. Ketika Dewa Kipas gelagapan dengan pertanyaan konfirmasi setelah kalah telak 3-0 dari Irene, ia lebih banyak memohon agar ambil sisi positifinya saja, yakni kejadian kontroversial itu setidaknya membuat banyak orang berminat main catur.

Tidak ada salahnya kita mengikuti saran Dewa Kipas. Apalagi kita tahu aktivitas bermain catur memiliki banyak manfaat, termasuk bagi kesehatan. Kalau selama latihan catur sering merasa tegang dan gerah, jangan lupa hubungi dewa kipas angin…hehehe.


Oleh: Saverinus Suhardin
 

Baca juga tulisan lain di kolom Pojok Sehat atau tulisan menarik lainnya dari Saverinus Suhardin

 


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai