Mari Mengenal dan Mencegah Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim dalam Rangka Hari Dharma Wanita Indonesia

Spread the love

Pada 5 Agustus 1974, para istri Pegawai Republik Indonesia masa Pemerintahan Orde Baru membentuk organisasi yang bernama Dharma Wanita.

Organisasi masyarakat ini memiliki peran memperkuat peran wanita dalam pembangunan bangsa baik dalam bidang pendidikan, ekonomi maupun sosial budaya.

Untuk dapat terus-menerus mendukung proses pembangunan bangsa, kesehatan jasmani sangatlah penting.

Pada tahun 2020, GLOBOCAN mengeluarkan 10 penyakit kanker terbanyak pada wanita di seluruh dunia.

Kanker payudara menempati peringkat pertama dan kanker leher rahin menempati peringkat kedua.

Di Indonesia, kanker payudara dan kanker leher rahim masing-masing menempati peringkat pertama dan kedua dengan jumlah kasus baru sebanyak 65.868 kasus dan 36.633 kasus.

Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyerang secara diam-diam sehingga seringkali pasien yang terdiagnosis kanker sudah dalam stadium lanjut.

Kebanyakan kanker stadium lanjut tidak dapat melakukan pembedahan, sehingga pilihan terapi adalah kemoterapi atau radiasi.

Bahkan, beberapa dari mereka hanya dapat menjalankan perawatan paliatif. Perawatan paliatif adalah perawatan kepada pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak dapat disembukan dengan meningkatkan kualitas hidup pasien serta mengurangi keluhan yang menganggu.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati” merupakan semboyan bijak yang harus terus dijaga hingga masa ini. Sebab kesehatan itu, sangatlah mahal. Sekitar 70% pasien kanker meninggal atau bangkrut setelah 1 tahun didiagnosis.

Berdasarkan data BPJS 2020, beban jaminan kesehatan untuk kanker mencapai Rp. 3,5 trilliun, peringkat kedua setelah penyakit jantung.

Begitu tingginya biaya pengobatan sehingga kegiatan promosi, pencegahan, dan deteksi dini menjadikan strategi kesehatan utama di Indonesia.

Apa saja tanda dan gejala kanker payudara dan kanker leher rahim?

Kanker payudara dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, namun perempuan berusia 50 tahun ke atas lebih berisiko. Beberapa hal lain yang meningkatkan risiko seperti riwayat keluarga, hormon estrogen, dan gaya hidup.

Tanda-tanda kanker payudara adalah perubahan bentuk dan ukuran payudara, teraba benjolan, perubahan pada kulit daerah payudara, dan adanya darah atau cairan dari puting susu.

Kanker leher Rahim disebabkan oleh infeksi Human papillomavirus tipe 16 dan 18 melalui hubungan seksual.

Beberapa faktor risiko terinfeksi HPV antara lain: gonta-ganti pasangan, hubungan seksual pertama kali saat usia muda, hormon estrogen, gaya hidup buruk, dan penggunaan produk pembersih kewanitaan.

Tanda dan gejala kanker leher rahim adalah perdarahaan vagina terutama setelah berhubungan atau menopause dan nyeri saat berhubungan.

Bagaimana mencegah terkena kanker payudara dan kanker leher rahim?

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya. Kegiatan promosi, pencegahan, dan deteksi dini telah menjadi strategi kesehatan utama di Indonesia.

1. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan rakyat yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan determinan-determinan kesehatan sehingga meningkatkan derajat kesehatannya.

Tujuannya agar masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatannya melalui jalur informasi yang benar.

Informasi mengenai suatu penyakit yang belum tentu benar di sosial media dapat mengakibatkan kepanikan yang tidak diperlukan.

Selain itu, pengobatan tradisional atau alternatif yang menjanjikan penyembuhan melalui metode yang tidak terbukti secara ilmiah dapat menghambat penyakit kanker sehingga pasien terlambat mendapatkan pengobatan optimal.

Masyarakat dapat mendapatkan informasi mengenai suatu penyakit melalui media cetak atau elektronik, penyuluhan, dan seminar awam.

2. Pencegahan

Pada kanker leher rahim dapat dicegah dengan vaksinasi. Lebih dari 95% kanker leher rahim disebabkan oleh HPV 16 dan 18. Dengan melakukan vaskinasi HPV dapat menurunkan 90% risiko terkena kanker leher rahim.

Kementerian Kesehatan RI juga menambahkan vaksinasi HPV dalam program rutin untuk anak-anak, paling efektif pada perempuan berusia 9-26 tahun atau belum aktif secara seksual.

Sejak tahun 2009, WHO sudah merekomendasi vaksinasi HPV dengan target mengeliminasi kanker leher rahim.

Namun, sayangnya hingga saat ini target ini belum tercapai karena cakupan vaksinasi HPV di negara berkembang yang rendah.

Hingga sampai saat ini terdapat 3 jenis vaksin HPV, yaitu: bivalen, kuadrivalen, dan nonavalen. Bivalen (merek dagang: Cervarix) memberi perlindungan terhadap 2 jenis HPV (HPV 16 dan 18). Kuadrivalen (merek dagang: Gardasil) memberi perlindungan terhadap 4 jenis HPV (HPV 6, 11, 16, dan 18).

Sedangkan nonavalen (merek dagang: Gardasil–9) memberi perlindungan terhadap 9 jenis HPV (HPV 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58). Ketiga jenis vaksin ini mencegah HPV 16 dan 18 dan dapat diberikan pada laki-laki dan perempuan.

Di Indonesia hanya tersedia 2 jenis vaksin HPV: bivalen dan kuadrivalen. Vaksin HPV diberikan sebanyak 3 kali yaitu: bulan ke-0, 1 atau 2, dan 6.

Apa saja syarat pemberian vaksin HPV ini?

Untuk perempuan:

  • Vaksinasi HPV dapat menggunakan vaksin HPV bivalen atau kuadrivalen.
  • Vaksin paling efektif diberikan pada usia 9 – 26 tahun dan/atau sebelum aktif secara seksual.
  • Vaksin dapat diberikan hingga usia 55 tahun.
  • Deteksi dini kanker serviks tetap harus dilakukan, minimal setiap 3 tahun.
  • Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.

Untuk laki-laki:

  • Vaksinasi HPV hanya dapat menggunakan vaksin HPV kuadrivalen.
  • Vaksin diberikan untuk usia 9 – 21 tahun.
  • Untuk usia 22 – 25 tahun, vaksin diberikan kepada individu homoseksual yang belum vaksinasi.
  • Individu nonhomoseksual dapat menerima vaksinasi hingga usia 26 tahun.

3. Deteksi Dini

Dengan adanya deteksi dini, kanker stadium awal akan lebih mudah terdeteksi kemudian diangkat sehingga memberikan angka harapan hidup yang tinggi.

Semua wanita sejak haid pertama perlu mulai melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Pemeriksaan deteksi dini ini sangatlah mudah, anda dapat melakukannya sendiri minimal sebulan sekali, 1 minggu setelah haid.

Langkah-langkah SADARI sebagai berikut.

  1. Berdiri di depan cermin, letakkan kedua tangan di pinggang. Kemudian melihat apakah ada perubahan bentuk, ukuran, dan warna pada payudara.
  2. Masih berdiri di depan cermin, angkat kedua tangan dan melihat apakah ada perubahan bentuk, ukuran, dan warna pada payudara.
  3. Berbaring, menekan payudara secara melingkar, dan rasakan apakah ada benjolan.

Apabila saat melakukan SADARI ditemukan perubahan atau benjolan, anda dapat berobat ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pada kanker leher rahim dapat melakukan deteksi dini dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) atau Pap smear. Untuk melakukan kedua pemeriksaan ini, anda perlu mengunjungi puskesmas, klinik, atau rumah sakit.

Pada pemeriksaan IVA, dokter akan meneteskan asam cuka pada permukaan mulut leher rahim dan hasil akan muncul sekitar 1 menit.

Sementara pada Pap smear, dokter akan mengambil sampel sekitar mulur leher rahim dan dikirimkan ke Patologi Anatomi untuk diperiksa secara mikroskopis.

Pada pemeriksaan Pap smear, hasil akan keluar sekitar 1 minggu atau lebih, tergantung rumah sakit masing-masing daerah.

Sebenarnya kanker payudara dan kanker leher rahim ini dapat dicegah apabila kita lebih rutin untuk melakukan deteksi dini dan ikut dalam program vaksinasi HPV dari pemerintah.

Dengan adanya jasmani yang sehat, para wanita Indonesia dapat terus berkarya dalam berbagai bidang dan ikut serta membangun Indonesia yang lebih baik.

Erlyne Tan

 

Oleh: Erlyne Tan

 

 

Baca juga tulisan lain di kolom Pojok Sehat atau tulisan menarik lainnya dari Erlyne Tan

 


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai