Patah Hati Kumulatif dan Ironi Kehidupan yang Menghibur

Spread the love

Judul: Drive My Car
Tahun: 2021
Sutradara: Ryusuke Hamaguchi
Rumah Produksi: C&I Entertainment

***

Setelah kemenangan “Parasite” yang mengharukan di Oscar 2020, kali ini, dari Asia, hadir kembali film terbaik di ajang Oscar 2022.

Di tahun ini, “Drive My Car” berhasil mendapatkan empat nominasi Oscar, termasuk kategori Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay, dan Best International Film. Untuk katagori terakhir, film ini keluar sebagai pemenang.

Film drama Jepang tahun 2021 ini ditulis dan disutradarai oleh Ryusuke Hamaguchi dan merupakan adaptasi dari salah satu judul di dalam cerita pendek karya penulis Haruki Murakami, berjudul Men Without Women.

Dibintangi oleh Hidetoshi Nishijima, Toko Miura, Reika Kirishima, Masaki Okada, dan beberapa bintang lain. “Drive My Car” adalah film tentang bahasa, tetapi keheningannya membawa momen komunikasi yang jauh lebih kuat dari kata-kata.

Film ini adalah drama tiga jam tentang kesedihan dan luka, tetapi pengalaman menontonnya begitu longgar sehingga alih-alih merasa sedih, kita justru merasa terhibur. 

Sulit untuk tidak tersesat di “Drive My Car”, sebuah film yang berdurasi hampir tiga jam tetapi terasa seperti angin sepoi-sepoi yang lembut.  Hamaguchi senang mengambil alur naratif yang tampaknya akrab dan membaliknya berulang-ulang untuk menghasilkan konfigurasi emosional baru yang brilian di setiap alur.

Sutradara Ryusuke Hamaguchi adalah seorang dramawan ulung yang unggul mengolah adegan percakapan yang panjang, di mana tidak ada yang terjadi namun semuanya seperti terjadi —kita melihat sebagian besar kamera tetap diam, tetapi bumi yang seolah-olah berputar pada porosnya. 

Sebuah cerita tentang kesedihan dan misteri emosional yang tersisa, mengikuti sutradara teater paruh baya terkenal, Kafuku Yusuke (Nishijima Hidetoshi), melalui produksi tahap esoteris di mana bahasa adalah kuncinya, tetapi apa yang membuatnya sakit, justru jauh melampaui kata-kata.

Seperti halnya beberapa film Hamaguchi—Asako I & II yang memperebutkan Palme d’Or di Festival Film Cannes 2018—dinamika yang mudah berubah selalu tidak mengarah pada konfrontasi yang meledak-ledak, melainkan percakapan yang tenang yang dibangun dari waktu ke waktu hingga menjadi memikat dan meledak dengan ketegangan yang tak terucapkan. 

Pendekatan ini ada dalam harmoni yang sempurna dengan karakter seperti Kafuku dan Misaki, orang-orang yang menyimpan masa lalu mereka yang tragis serentak ditekan dengan kuat di bawah ekspresi serius. 

Ketika latar belakang Misaki terungkap selama plot utama, Kafuku sebagian besar diletakkan dalam prolog panjang yang berlangsung sekitar 40 menit setelah kredit akhirnya muncul. Ini adalah keputusan struktural yang sangat menarik dan unik.

“Drive My Car” karya Hamaguchi bergabung dengan “Burning” karya Lee Chang-dong dalam jajaran interpretasi karya Murakami ke layer lebar.

Di mana, adaptasi Lee memotong teks dengan tujuan sensual, sementara, Hamaguchi mengambil taktik diskursif yang lebih luas, dengan lembut memanjakan ketertarikannya pada melodrama.

Hamaguchi dan rekan penulis Takamasa Oe mengatur ulang peristiwa dengan cara yang lebih linier, menumpahkan beberapa intrik untuk membangun patah hati kumulatif. Babak pertamanya — terminologi yang terasa sangat tepat dalam film yang berporos pada pementasan teater — mendokumentasikan pernikahan antara aktor dan sutradara teater yang berbasis di Tokyo, anatara Yusuke (Hidetoshi Nishijima) dan penulis skenario Oto (Reika Kirishima), sebagai sebuah kemitraan intim namun tetap mengakomodasi perselingkuhan yang tak terucapkan.

“Drive My Car” berkisah tentang kehidupan seorang aktor dan sutradara panggung yang terkenal, Yusuke Kafuku (Hidetoshi Nishijima). Sepulang bekerja, ia menemukan istrinya, Oto Kafuku (Reika Kirishima), sudah pingsan hingga kemudian dinyatakan meninggal akibat pendarahan otak. Hidupnya yang semula damai, kemudian berubah menjadi kubangan kesedihan.

Dua tahun berlalu, Yusuke diminta untuk menjadi pengarah produksi teater Uncle Vanya, drama tahun 1898 karya Anton Chekov.

Dalam kesempatan tersebut, ia bertemu dengan sopir perempuan muda bernama Misaki Watari (Toko Miura) yang diutus untuk mengantar dan menjemputnya selama berada di Hiroshima. Baik Yusuke maupun Misaki lamban-laun mulai menerima keberadaan mereka masing-masing.

Selain Misaki, Yusuke juga dipertemukan kembali oleh Takatsuki (Masaki Okada) yang merupakan teman satu kantor Oto sewaktu masih hidup sebagai penulis skenario. Secara sadar, keduanya mulai membuka diri tentang rahasia-rahasia yang berkaitan dengan istrinya. Melalui pertemuan-pertemuan inilah, Yusuke kemudian mencoba untuk menerima masa lalu dan mulai menata hidupnya setelah kehilangan cinta sejatinya.

Di awal film, disajikan adegan ranjang dengan narasi indah yang disuarakan oleh Oto. Keduanya menggeliat di atas ranjang kamar tidur yang gelap, seakan sang sutradara ingin memberi tahu keintiman dari pasangan tersebut. Baik Yusuke dan Oto terlihat saling menyayangi di tengah dialog yang mereka lakukan.

Yusuke dengan nyaman hidup bersama Oto, hingga tidak terlihat masalah atau konflik di antara keduanya. Sebagai seorang penulis skenario televisi dan aktor panggung, mereka terlihat cocok bersama karena keduanya saling mengisi rutinitas satu sama lain.

Sebagai tim kreatif, Oto dan Yusuke terlihat jelas memiliki pemikiran liar sebagai bukti dari pekerjaannya yang membutuhkan cerita-cerita gila namun luar biasa. Pada fase awal, keduanya sangat menunjukkan kasih sayang dan saling mendukung.

Yasuke memiliki ritual “ganjil” dengan istrinya. Setiap kali ia berhubungan seks dengan Oto, sang istri bisa berorgasme dalam bentuk narasi untuk dituangkan menjadi naskah drama televisi.

Oto pun mengandalkan suaminya untuk menceritakan kembali imajinasinya karena ia kerap lupa keesokan harinya. Rutinitas “ganjil” ini terbentuk setelah keduanya kehilangan putri satu-satunya dua dekade lalu.

Tak selamanya indah, Yusuke kemudian menemukan Oto tengah bercinta di rumah mereka dengan rekan kerjanya, Takatsuki.

Anehnya, diperlihatkan bahwa Yusuke hanya terdiam lalu pergi tanpa mengatakan atau menghentikan keduanya. Seakan tak terjadi apapun, ia pergi keluar dan menenangkan diri kembali ke hotel.

Mungkin yang menjadi pertanyaan besar di film ini adalah, apakah Yusuke benar-benar mencintai Oto? Atau mereka hanya saling terikat dan terkait karena terlalu sering bersama?

Esoknya, Yusuke bersikap seakan tidak mengetahui apapun, begitupun dengan Oto yang kembali menyuarakan isi hatinya dan berkata bahwa ia mencintai Yusuke. Namun, lambat laun Oto mungkin menyadari kesalahan yang diperbuatnya, dan memutuskan untuk berbicara dengan Yusuke. Sayangnya, Oto harus mengalami pendarahan otak hingga akhirnya meninggal dunia.

Kebungkaman terhadap masalahnya dengan sang istri membuka pertanyaan-pertanyaan baru bagi dirinya dan beragam penyesalan yang ia pendam. Melalui sorot mata yang kosong, Yusuke sering memasrahkan diri pada keadaan dan berharap segalanya tidak pernah berubah.

Begitupun Misaki yang pada awalnya mungkin terlihat tidak berperan dalam film ini. Sosoknya yang pendiam menambah pudarnya peran Misaki sebagai seorang pemandu perjalanan Yusuke. Namun, sesunggunya Misaki selalu ada, meski tak pernah berbicara. Ia seakan hanya bisa terlihat oleh orang-orang tertentu yang memahami dirinya.

Keduanya memiliki kesamaan, baik Misaki dan Yusuke. Mata sedih yang mereka miliki tak bisa berbohong untuk menutupi kekosongan yang selama ini mereka rasakan, selepas kehilangan sosok penting dalam kehidupannya masing-masing.

Pada akhirnya, Misaki dan Yusuke saling berbagi pedih yang mereka rasakan. Membuat peran Misaki menjadi lebih berarti dibandingkan sebelumnya, begitupun Yusuke. Selama mereka selalu bersama mendengar dialog yang Oto narasikan, keduanya merefleksikan diri tentang kehidupan yang mereka jalani. Menjelaskan bahwa keduanya hanya butuh bersuara, butuh teman, dan butuh lebih lapang untuk menerima keadaan.

Takatsuki yang sudah memiliki reputasi buruk di mata Yusuke, dengan berani muncul dihadapannya sebagai salah satu peserta. Hal ini membangkitkan masa-masa kelam bagi Yusuke, yaitu ketika Takatsuki berselingkuh dengan sang istri, Oto. Namun seperti biasa, Yusuke hanya diam dan memancarkan aura mematikan serta rasa tidak suka yang sangat jelas bagi Takatsuki.

Meski sudah merasa tidak nyaman, Takatsuki kerap muncul membahas hal-hal berkaitan dengan Oto. Membuat keduanya akhirnya mengakui perasaan masing-masing. Meski sudah mencoba profresional, terlihat jelas Yusuke kerap membuat Takatsuki merasa bersalah, dengan segala macam nasihat yang ia lontarkan hingga teguran yang tak pandang bulu.

Peran Takatsuki mungkin akan terkesan sebagai sosok antagonis penghancur keluarga bahagia, namun masih ada cerita lain yang disembunyikan Yusuke kepada penonton.

Bukan hanya dengannya, Oto ternyata memang sudah sering beradu ranjang dengan rekan kerja untuk meningkatkan daya imajinasinya. Setiap mengalami kebuntuan, Oto akan bercinta sambil menceritakan kisah-kisahnya yang perlu diingat oleh pasangannya tersebut. Dalam kebungkamannya, semakin lama Yusuke sadar bahwa narasi yang diceritakan Oto merupakan kisahnya sendiri.

Tak disangka, Takatsuki justru membuka pemikiran Yusuke secara lebih mendalam lagi. Ia mempertanyakan apakah selama ini kebungkaman Yusuke menjadi penyelamat hubungannya, atau justru menjadi bom waktu yang akan meledak. Seperti yang ia ungkapkan, seberapa dekat Yusuke dengan Oto, seberapa besar rasa cinta keduanya, mereka tidak akan pernah mengetahui isi hati pasangannya sendiri.

“Drive My Car” oleh sutradara Jepang Ryusuke Hamaguchi adalah film yang kompleks dan elegi tentang cinta dan duka, tentang seni sebagai sarana untuk menghilangkan trauma pribadi, tentang tanggung jawab dan tentang kegigihan menghadapi rasa sakit. 

Ditulis dengan baik dan akting yang bagus, film ini telah memenangkan beberapa penghargaan terhormat di festival film internasional besar, di ajang Festival Film Cannes, film ini mendapatkan banyak penghargaan, sebut saja Best Screenplay di Cannes, Best Picture di ajang Los Angeles Film Critics Association, Best Film di ajang National Society of Film Critics Awards, dan Best Film di New York Film Critics Circle Awards.

Namun, secara paradoks, Hamaguchi tampaknya telah terjangkit penyakit yang tersebar luas di kalangan pembuat film di studio-studio besar Amerika—durasi film hampir tiga jam. Selain itu, untuk memahami psikologi dan perilaku karakter, ada baiknya membaca Chekhov. 

Kisah film ini berkisar pada dua pertunjukan dengan “Uncle Vania”, dan tanpa mengetahui psikologi karakter dalam drama tersebut, pemirsa berisiko mengabaikan aspek filmnya. Ini adalah teknik yang sering digunakan oleh Haruki Murakami (yang cerita pendeknya menginspirasi film) yang mengutip karya seni untuk membangun latar yang cocok dengan karakter dan memperkuat perasaan mereka. Oleh karena itu, penonton harus diberi tahu: “Drive My Car” adalah film yang menawarkan banyak hal tetapi membutuhkan partisipasi intelektual yang aktif.

Sebagian besar alur “Drive My Car” terjadi di kursi depan atau belakang Red Saab 900 kesayangan Yusuke. Dua orang dengan ciri khas yang berada dalam mobil namun memiliki perjalanan  emosi serupa.

Sepanjang film, Ryusuke Hamaguchi mencoba perlahan-lahan membuat kita mengenal mereka lebih baik. Baik Misaki dan Yusuke, mereka telah menderita karena kehilangan orang yang dicintai dalam hidup mereka.

Dalam upaya mengalihkan perhatian mereka dari tragedi itu, mereka menyibukkan diri dengan sesuatu atau yang lain. Untuk Misaki, ia mengemudi dari satu tempat ke tempat lain, dan untuk Yusuke, ia menemukan perlindungan dalam senit eater.

Perjalanan yang mereka lakukan bersama bermuara pada momen katarsis total ketika mereka berdua berkendara ke rumah lama Misaki. Mereka melihat ke dalam dan menyadari bahwa mereka telah begitu sibuk mencoba memahami orang lain sehingga mereka tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi di dalam diri mereka.

Baik Misaki dan Yusuke juga memikul beban rasa bersalah dan penyesalan yang bergejolak di pundak mereka. Mereka berdua menyalahkan diri sendiri atas kehilangan yang mereka alami dalam hidup mereka, dan karena itu, mereka merasa seperti cangkang kosong yang tidak dapat diisi oleh apa pun.

“Drive My Car” menunjukkan Misaki dan Yusuke menghadapi rasa bersalah dan penyesalan mereka untuk pulih dari keberadaan mereka yang cacat dan rusak. Penyesalan Misaki datang karena tidak menyelamatkan ibunya ketika rumah mereka hancur karena tanah longsor.

Dia juga berbicara tentang kepribadian ganda ibunya dan bagaimana dia terhubung hanya dengan salah satu dari mereka yang seumuran dan memahaminya. Yang lainnya adalah seorang ibu yang kejam yang tidak dapat memahami penderitaan yang ditawarkan hidupnya.

Demikian pula, Yusuke, ia menyalahkan dirinya sendiri atas kematian istrinya. Dia tidak menyelesaikan masalah dengannya, terutama gagasan bahwa dia berselingkuh, semuanya dibiarkan dalam fluks yang tidak mencapai kesimpulan yang tepat. Ini membuatnya merasa bersalah karena tidak berkonfrontasi dan berdamai  sebelum kematian istrinya yang tidak disengaja.

Pada akhirnya “Drive My Car” mungkin sedikit ironis, dibangun di sekitar apa yang Takatsuki katakan kepada Kafuku, bahwa pekerjaan hidup adalah serius melihat ke dalam diri kita sendiri dan berdamai dengan apa yang kita temukan. Bahwa “jika kita berharap untuk benar-benar melihat orang lain, kita harus mulai dengan melihat ke dalam diri kita sendiri.” 

 

Oleh: Petrus Kanisius Siga Tage 

 

 

Baca juga tulisan lain di kolom Resensi atau tulisan menarik lainnya dari  Petrus Kanisius Siga Tage

 

 


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai