Ronaldo Menggeser Coca Cola, Kita Bagaimana?

Spread the love

Hanya karena menggeser dua botol Coca Cola kecil, seluruh dunia heboh. Kalau kita yang geser, angkat, atau apapun bentuk tindakkannya dan berapapun jumlahnya, siapa yang peduli? Tidak ada nilai berita sama sekali. Apalagi sampai memengaruhi harga saham segala.

Tapi ini Cristiano Ronaldo. Pesepak bola tersohor, termahal, dan masih banyak sederet capaian lain yang mengangumkan. Tidak heran bila si CR7 mempunyai pengaruh besar pada publik luas. Dia hanya menggeser dua botol kecil,  kabarnya Coca Cola seketika menderita kerugian senilai 57 Triliun.

Reaksi publik atas peristiwa itu sangat beragam, mulai dari yang mengaitkannya dengan berbagai teori, sampai pada orang yang pandai membikin parodi. Kita tentunya ingi tahu juga, kenapa pemain Portugal itu lebih memilih air mineral dibanding minuman manis berkarbonasi? Apakah karena tidak mendapat dana endorsemen yang cukup atau alasan lain?

“Kadang-kadang anak saya minum Coca Cola atau Fanta dan makan keripik. Dan, dia tahu saya tidak suka itu,” katanya C. Ronaldo pernah menunjukkan rasa ketidaksukaan seperti itu, sebagaimana yang dikutip awak media.

Terlepas dari berbagai spekulasi yang muncul, pada ulasan Pojok Sehat kali ini, kita akan fokus menganalisis kira-kira apa saja pertimbangan C. Ronaldo dari sisi kesehatan, sehingga dia memutuskan tidak suka minum Coca Cola.

Gaya Hidup Sehat Ala Ronaldo

Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum juga, CR7 dikenal khalayak sebagai pemain  sepak bola yang selalu menerapkan gaya hidup sehat. Dia memiliki jadwal latihan dan istirahat yang seimbang, termasuk menjalani diet sehat yang ketat. Satu lagi, dia hampir tidak pernah memasukkan minuman beralkohol dalam tubuhnya.

Perihal ketekunannya berlatih fisik maupun hal teknis dalam persepakbolaan, salah seorang pelatihnya—Luis Martins—pernah mengakui anak didiknya yang penuh ambisi itu dengan mengatakan kurang lebih seperti ini, “Cristiano Ronaldo selalu melakukannya lebih dari yang dibutuhkan pelatih.”

Setelah capek berlatih maupun bertanding, CR7 memilih untuk banyak berisitirahat dibanding kegiatan atau perayaan hura-hura yang kadang menguras makin banyak energi. Waktu tidur sangat sakral bagi dirinya, jangan sampai terganggu karena apapun dan oleh siapapun. “Saya tidur delapan jam sehari,” terangnya.

Paweł Kalinowski bersama dua kawannya dari Polandia, pernah menulis di jurnal Quality in Sport yang pada intinya mengangkat keunggulan Cristiano Ronaldo sebagai seorang pesepak bola terkemuka yang menjadi panutan bagi para atlet muda. Selain dua hal yang sudah disebutkan sebelumnya, panutan lain yang patut diketahui dan bila perlu dipraktikkan adalah kepeduliannya mengatur diet.

Secara umum CR7 menghindari makanan berlemak tinggi, semua jenis makanan olahan dan permen. Dia juga menghindari minuman manis berkarbonasi. Poin yang terakhir inilah yang berkaitan dengan Coca Cola, pada dasarnya dia memang tidak suka pada jenis minuman ini. Pertanyaan selanjutnya, ada apa dengan minuman manis berkarbonasi seperti Coca Cola?

Membongkar Manipulasi Coca Cola

Barangkali sudah menjadi pengetahuan umum juga, bahwa makanan dan minuman yang manis atau mengandung gula tinggi tidak selamanya enak. Tidak bisa dimungkiri, hal yang manis selama ini selalu diasosiasikan dengan enak, lezat, dan bikin ketagihan. Nyatanya di balik rasa manis, ada ancaman yang bikin kita waswas.

Minuman berpemanis gula sudah terbukti secara ilmiah dapat memengaruhi kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan. Bagi orang dewasa, kesimpulan dari berbagai studi sudah sangat meyakinkan kalau minuman manis itu punya kaitan erat dengan masalah penambahan berat badan (kegemukan), risiko mengalami diabetes tiper 2 dan penyakit jantung koroner.

Ancaman tersebut juga bisa terjadi lebih dini pada anak-anak. Dulu rubrik Pojok Sehat juga pernah menurunkan ulasan mengenai bahaya jajanan yang berlebihan pada anak, khususnya makanan dan minuman ringan yang manis. Dampaknya kurang lebih sama, pada anak bisa ditambah dengan adanya karies gigi.

Fakta penelitian itu harusnya menjadi pengetahuan umum semua orang. Bila itu terjadi, maka harapan untuk menekan konsumsi minunam manis demi meningkatkan kesehatan tidak bertepuk sebelah tangan. Kenapa bahaya minuman manis seolah-olah kabur dalam benak masyarakat luas?

Ada temuan menarik, ternyata perusahaan minuman manis seperti Coca Cola tidak pernah diam memanipulasi persepsi khalayak. Hal itu terbukti dengan adanya lembaga US Right to Know di Amerika yang berperan memperjuangkan keterbukaan informasi publik.

Upaya yang mereka lakukan pada akhirnya berhasil membuka tabir dengan mengakses percakapan via surat elektronik antara perusahaan Coca Cola dengan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) atau seperti kementerian kesehatan di negara kita.

Hasil analisis permufakatan diam-diam itu menunjukkan kalau Coca Cola terbukti secara terang-terangan melobi CDC sebagai otoritas kesehatan, supaya produk minuman manis mereka dinyatakan aman untuk kesehatan.

Bahkan mereka mendorong CDC untuk sama-sama memengaruhi organisasi kesehatan dunia WHO. Termasuk bekerja sama dengan otoritas kesehatan di berbagai negara dalam bentuk sumbangan atau menjadi sponsor tertentu. Misalnya, hasil penelurusan di Spanyol membuktikan banyak organisasi kesehatan menerima dukungan keuangan dari Coca Cola.

Baca Juga: Sayang Anak Bukan dengan Jajan

Upaya manipulasi informasi yang dilakukan Coca Cola itu ternyata sangat masif, hampir melibat semua elemen, termasuk para peneliti kesehatan. Berbagai penelusuran lain membuktikan mereka sudah banyak mendanai penelitian kesehatan.

Sebenarnya bagus, ada yang peduli dengan penelitian kesehatan dengan menggelontorkan banyak dana. Tapi masalahnya, mereka beri dana sekaligus meminta hasil penelitian itu dibuat atau direkaya sesuai harapan perusahaan.

Tidak berhenti di situ, Coca Cola juga memfasilitasi atau mendukung perhelatan sebuah konferensi ilmiah akbar yang menjadi wadah bersuara bagi peneliti kesehatan yang mereka sudah danai.

Pesan utama yang ingin dimanipulasi Coca Cola dalam hasil penelitian dan konferensi tersebut adalah, masalah obesitas dan penyakit metobolik lainnya (DM, Penyakit jantung koroner) bukan terjadi karena faktor asupan makan dan minuman yang kurang sehat, tapi hanya karena aktivitas fisik dan pilihan individu.

Sekali lagi, upaya persuasif yang dilakukan Coca Cola itu berlangsung masif di banyak negara. Selain AS, China juga disusupi strategi dagang yang sama. Mungkin juga sama di negara-negara yang lain.

Upaya manipulasi informasi yang dilakukan Coca Cola ini sudah menjadi pengetahuan umum, apalagi bagi seorang C. Ronaldo yang sangat ketat menjalankan pola hidup sehat.

Barangkali karena alasan itulah, meskipun dia tahu Coca Cola adalah sponsor Euro 2021, secara pribadi ia tetap menyatakan keyakinannya yang benar: lebih baik minum air putih daripada minuman manis bersoda.

Kita di Indonesia bagaimana? Kalau di NTT, ini memang hanya berdasarkan pengamatan yang subjektif, tiap kali perayaan Natal dan Tahun Baru, harga minuman manis itu diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan.

Karena terbilang cukup murah, setiap rumah selalu menyediakan banyak varian minuman seperti itu. Minuman kemasan yang manis, salah satunya Coca Cola.

Setelah kita memahami bahaya minuman manis bagi kesehatan, lalu tahu strategi dagang perusahaan minuman manis seperti itu, pertanyaannya: Apakah kita mau dan mampu menggesernya dengan pilihan yang lebih sehat?


Oleh: Saverinus Suhardin
 

Baca juga tulisan lain di kolom Pojok Sehat atau tulisan menarik lainnya dari Saverinus Suhardin


Spread the love

Mungkin Anda Menyukai